Sabtu, 30 Januari 2010

Hati dan Lisan

Ibnu Jarir Dalam tafsirnya "At-Thabari" menyebutkan bahwa dahulu ada seorang budak Habasyi (Etiopia) yang berkulit hitam legam, lalu tuannya berkata padanya:

"Wahai budakku, sembelihlah kambing ini, lalu keluarkanlah dua organ tubuhnya yang paling baik"

Maka diapun menyembelih kambing tersebut lalu dia keluarkan lidah dan hatinya, maka si tuan pun terdiam beberapa saat, kemudian dia kembali berkata:

"Sekarang sembelihlah kambing ini lalu keluarkanlah dua organ tubuhnya yang paling buruk, maka diapun menyembelih kambing tersebut lalu dia keluarkan lidah dan hatinya, maka si tuan pun berkata:

"Aku telah memintamu untuk mengeluarkan dua organ tubuh yang paling baik lalu kamu pun mengeluarkan lidah dan hati, kemudian aku memintamu untuk mengeluarkan dua organ tubuh yang paling buruk lalu kamu pun mengeluarkan lidah dan hati?"

Maka budak itu pun menjawab:

Kerana sesungguhnya tidak ada organ tubuh yang lebih baik dari keduanya jika keduanya baik, dan tidak ada organ tubuh yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk".

Sungguh.. !
Apa yang telah dilakukan oleh budak tersebut sangatlah benar, dia telah memilih lidah dan hati sebagai organ tubuh yang paling baik sekaligus juga yang paling buruk.

Yang pertama: Lidah.

Lidah..
Ibarat sebuah senjata atau pisau yang memiliki dua mata yang sangat tajam. Jika dia tidak menggunakannya dengan baik, maka senjata itu akan melukai orang lain atau melukai dirinya sendiri. Demikian juga lidah, jika seseorang tidak menggunakannya dalam kebaikan maka pasti dia akan terjerumus dalam keburukan.

Salah seorang sahabat yang bernama Sofyan bin Abdullah pernah bertanya pada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah, beritahukanlah padaku tentang satu perkara yang harus aku pegang teguh? Lalu beliau menjawab:

قل امنت بالله ثم استقم



Katakanlah: "Aku beriman pada Allah, kemudian beristiqomahlah"


Lalu sahabat itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau takutkan dariku? Kemudian Rasulullah memegang lidahnya sambil berkata: ini. Berapa banyak perselisihan yang terjadi antara dua orang teman yang diakibatkan oleh lidah, berapa banyak perceraian atau pertengkeran yang terjadi antara dua orang suami isteri yang diakibatkan oleh lidah, berapa banyak tawuran masal antara dua sekolah atau dua desa yang terjadi yang diakibatkan oleh lidah dan masih banyak lagi keburukan-keburukan lainnya yang disebabkan oleh lidah ini, entah itu berupa perkataan dusta, ghibah (menggunjing orang lain), namimah (mengadu domba), saksi palsu, mencela, mencerca dan lain sebagainya.

Benarlah sabda Rasulullah SAW:


من كان يؤمن بالله و اليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت



"Barang siapayang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam"


Salah seorang penyair Arab berkata:


وجرح السيف تدمله فيبرا ويبقى الدهر ما جرح اللسان


"Luka karena pedang jika kamu balut maka diapun akan kembali sembuh dan akan lekang sepanjang masa luka yang diakibatkan oleh lisan"


Oleh karena itu, marilah kita jaga lisan kita, jangan sampai lisan kita tergelincir dengan mengeluarkan kata-kata yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah Ta'aala atau keburukan bagi orang lain. jangan sampai amal ibadah yang kita lakukan sia-sia belaka karena perkataan yang keluar dari mulut kita. Kemudian yang kedua: hati Sungguh manusia itu tergantung pada hatinya, sebab hati itu memberi komando kepada seluruh anggota tubuh, dari mulai akal pikiran, mata, telinga dan lain sebagainya. Oleh karena itu apabila hatinya baik maka akan baik pulalah anggota tubuh yang lainnya, tetapi apabila jahat maka binasalah semua anggota tubuh yang lainnya.

Rasulullah SAW bersabda:

ألا و إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله و إذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب



"Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam hati itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka akan baik pulalah seluruh tubuhnya, namun apabila ia rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa (segumpal daging itu) adalah hati"


Hadits tersebut menunjukkan bahwa hati adalah barometer kebaikan dan keburukan tubuh seseorang. Oleh karena itu marilah kita jaga hati kita, jangan sampai kita kotori dengan noda-noda dosa yang dapat menutupi cahayanya. Karena semakin banyak dosa yang kita lakukan, maka akan semakin banyak noda hitam yang menutup hati kita, hingga akhirnya hidayah Allah pun tidak dapat masuk dalam hati kita. Juga marilah kita bertaubat pada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taubat atas segala kesalahan yang telah kita lakukan, karena setiap diantara kita pasti telah melakukan kesalahan:


كلكم خطاؤون وخير الخطائين التوابون


"Setiap orang dari kalian pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat"



Juga dalam hadits lain disebutkan bahwa hanya dengan taubat inilah hati kita dapat kembali bercahaya dan memancarkan sinarnya.


Rasulullah SAW bersabda:

إن العبد إذا أذنب ذنبا كانت نكتة سوداء في قلبه، فإن تاب منها صقل قلبه، وإن زاد زادت،



"Sesungguhnya seorang hamba itu jika melakukan satu dosa maka akan meninggalkan satu noda hitam dalam hatinya, dan jika dia bertaubat maka hatinyapun akan kembali dibersihkan, namun jika bertambah (perbuatan dosanya) maka akan bertambah (pula) noda-nodanya"


Demikianlah, secebis peringatan bagi kita. Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat buat semua.

Isnin, 25 Januari 2010

Peringatan Buat Para Pemimpin



Menjadi pemimpin bukan mudah. Tapi zaman sekarang semua orang kemaruk untuk jadi pemimpin. Hayatilah kisah ini untuk menilai layakkah kita untuk meminta-minta jawatan pemimpin.

Dari hal keadilan, ketakwaan dan kemuliaan budi baginda Umar bin Abdul Aziz, tidaklah perlu lagi diterangkan panjang lebar. Kisahnya panjang lebar telah dikarang oleh ulama-ulama.

Sesungguhpun dia telah mencapai kedudukan yang semulia itu, belumlah dia kenyang dari petunjuk ulama dan pimpinan seorang yang arif.

Pada suatu hari berkirim suratlah baginda kepada ulama Tabi’in yang masyhur, Hasan Basri, bertanya kepada beliau dari hal sifat-sifat Imam (raja) yang adil. Maka telah menjawab Hasan Basri demikian bunyinya:

“Ketahuilah hai Amirul Mukminin, bahawasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan raja yang adil laksana tongkat tua yang teguh condong yang akan menauri, lemah yang akan membila. Dia menjadi tujuan dari segala orang yang ragu, memperbaiki segala yang rosak, menguatkan segala yang lemah, tempat mengadu bagi tiap-tiap yang teraniaya, tempat kembali dari tiap-tiap yang sengsara.”

“Imam yang adil ya Amirul Mukminin, ialah laksana seorang pengembala yang hati rahim kepada binatang pengembalaannya; dibawanya ke padang yang berumput subur, dijaganya jangan jatuh ke lurah yang curam, dijaganya dan dipeliharanya jangan ditangkap binatang buas, dipeliharanya jangan ditimpa dahaga dan kepanasan.”

“Imam yang adil ya Amirul Mukminin, laksana seorang ayah yang cinta akan anak-anaknya, diasuhnya semasa anak itu kecil, diajarnya setelah anak itu besar, dituntunnya di dalam mencari penghidupan, dikumpulkannya harta bersusah payah, untuk anaknya itu jika si ayah mati.”

“Imam yang adil ya Amirul Mukminin, laksana seorang ibu yang pengasih, dikandungnya anaknya dalam perutnya dengan susah payah, diasuhnya setelah anak itu lahir. Tidak tidur matanya malam, jika anaknya bangun, dia termenung jika dilihatnya anaknya duka, disusukannya; puas disusukan digendungnya. Mukanya berseri-seri jika si anak sihat, mukanya muram jika si anak sakit.”

“Imam yang adil ya Amirul Mukminin, ialah laksana seorang yang berdiri di antara Allah dengan hamba-Nya, didengarnya Maha Tuhan dengan tenang, setelah itu diterangkannya bagaimana wajah-Nya kepada mereka. Dibimbingnya tangan umat supaya sama-sama ke hadrat Rabbi, memohonkan kurnia-Nya.”

“Oleh sebab itu ya Amirul Mukminin, janganlah paduka sebagai budak yang dipercayakan oleh penghulunya kepadanya menyimpan hartanya dan memelihara kaum kerabatnya, lantas budak itu khianat akan amanat, dimusnahkannya harta benda itu dan disia-siakannya petaruh.”

“Kemudian itu ingatlah ya Amirul Mukminin akan maut dan apa yang akan kejadian sesudah mati. Ingatlah bahwa persedian paduka agaknya sedikit, orang yang akan menolong paduka tidak ada. Bersiaplah untuk menghadapi mati, dan untuk menghadapi zaman sesudah mati.”

“Ketahuilah pula ya Amirul Mukminin, bahawa paduka akan tinggal dalam sebuah rumah yang tidak serupa dengan rumah yang paduka diami sekarang. Lama sekali paduka akan mengeluh di sana, dan tidaklah seorang juga yang akan menemuinya, hanya tinggal seorang diri dalam kesunyian."

"Oleh sebab itu berkemaslah dari sekarang dan bersiaplah. Kerana perkemasan dan persiapan yang disediakan lebih dahulu, itulah hanya yang akan menolong di sana kelak, iaitu pada waktu lari padanya manusia daripada saudaranya dan ibunya daripada ayahnya dan isterinya, daripada anaknya sekalipun.”



“Ingatlah ya Amirul Mukminin, ingatlah dengan hati-hati, akan suatu masa kelak yang akan dibongkar segala isi kubur, akan dikupas segala isi dada, segala rahsia pada hari itu akan terbuka. Semuanya tertulis dalam kitab, baik besar mahupun kecil semuanya dihitung.”

“Maka sekarang ya Amirul Mukminin, ingatlah dengan saksama, sebelum ajal sampai janji mendatang, sebelum hukum putus angan berhenti:

Jangan paduka menghukum atas hamba Allah dengan kebodohan, jangan paduka bawa mereka ke jalan aniaya, jangan diangkat orang-orang yang takbur menjadi pegawai, memerintah orang yang lemah. Sebab mereka menjatuhkan perintah dengan sesuka hati dan semahu-mahunya saja. Kelak padukalah yang akan menanggungjawab atas dosa mereka, dan yang bertali dengan itu, dikumpulkan dengan dosa paduka sendiri.

Janganlah paduka terpedaya oleh tipuan orang-orang yang menelah nikmat kesusahan paduka. Mereka makan segala yang enak-enak di dunia, supaya paduka menelan segala kesusahan di akhirat.


Jangan paduka berbesar hati lantaran mempunyai kekuatan pada diri ini, tetapi fikirkanlah kekuatan untuk dari jiwa yang akan dicabut, pada waktu mana seluruh badan paduka diikat oleh rantai kematian, atau berdiri di hadapan Allah, dikelilingi oleh sekalian Malaikat. Nabi-nabi dan Rasul-rasul. Pada waktu mana seluruh wajah makhluk, menghadap kepada Yang Hidup dan Yang Kekal!”

“Adapun patik sendiri ya Amiru Mukminin, meskipun nasihat patik ini tidak sebagus nasihat-nasihat orang-orang yang lebih muda daripada patik pada zaman dahulu, namun patik amat cinta kepada tuanku dan amat ikhlas. Oleh sebab itu pandanglah isi surat patik ini, laksana ubat yang diberikan oleh seorang kecintaan kepada kecintaannya yang sakit. Meskipun agaknya pahit, moga-moga di dalam kepahitan itu ada tersimpan kesihatan dan afiat.”

Untukku Dan Mereka Yang Bergelar Pemuda


Aku, engkau dan kami adalah aset yang berguna untuk masyarakat, kitalah pemimpin di masa hadapan. Kitalah generasi pengubah dan pendidik masyarakat.

Penuhilah diri kamu dengan ilmu dan akhlak, untuk bekalanmu dalam memimpin generasi masa depan. Maka aku ingin menasihati diriku dan mereka yang sewaktu denganku,

1.Taatilah Allah dan RasulNya dan jauhilah apa yang dilarangnya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ، إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ، ورجل قلبه معلق بالمساجد ، ورجلان تحابا في الله اجتمعا عليه وتفرقا عليه ، ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال فقال إني أخاف الله . ورجل تصدق بصدقة فأخفاها حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه ، ورجل ذكر الله خالياً ففاضت عيناه ” متفق عليه


Dari Abu Hurairah r.a. , Nabi SAW bersabda
”Ada tujuh golongan manusia yang akan dilindungi Allah dengan lindungannya pada hari tiada lindungan lain kecuali lindungannya sahaja iaitu :- Pemimpin yang adil, pemuda yang membesar dalam keadaan mengabdikan diri kepada Allah, lelaki yang hatinya terpaut kepada masjid, dua lelaki yang berkasih sayang hanya kerana Allah bertemu dan berpisah hanya keranaNya, seorang lelaki yang digoda oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi lelaki iti menolak dengan berkata sesungguhnya aku takutkan Allah, seorang lelaki yang merahsiakan sedekahnya sehingga tidak diketahui oleh orang lain dan seorang lelaki yang duduk menyendiri munajat kepada Allah lalu mengalirkan air matanya. [Muttafaqun Alaih]

Sabda Rasul Allah SAW yang bermaksud
“Sesungguhnya Allah sangat-sangat kagum kepada pemuda/remaja (termasuk pemudi) yang tidak ada (mengalami) keruntuhan akhlak/moral pada dirinya”.(HR. Ahmad & Abu Ya’la).

2. Ambillah segala kesempatan di zaman mudamu ini dengan memenuhi setiap masa lapangmu dengan ilmu.

قال النبي صلى الله عليه وسلم . : إغتنم خمسا قبل خمس : (1) شبابك قبل هرمك . (2) وصحتك قبل سقمك . (3) وغناك قبل فقرك . (4) وفراغك قبل شغلك . (5) وحياتك قبل موتك رواه الحاكم في المستدرك،341،4، من حديث إبن عباس رضي الله عنهما


Sabda Rasulullah yang bermaksud :
”Rebutlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara. Pertama : masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Kedua : masa sihatmu sebelum sakitmu. Ketiga : masa kaya sebelum datangnya masa sempit (miskin)mu. Keempat : masa lapang sebelum tiba masa sibukmu. dan kelima masa hidupmu sebelum tiba masa matimu.” (riwayat al-Hakim dalam Mustadraknya). Hadis Ibnu Abbas r.anh.

3. Jagalah kehormatan dirimu dan jauhilah zina.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ البَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِيعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وَجَاءٌ». رواه البخاري ومسلم


“Wahai golongan pemuda! Sesiapa di antara kamu yang telah mempunyai keupayaan iaitu zahir dan batin untuk berkahwin, maka hendaklah dia berkahwin,sesungguhnya perkahwinan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan.maka sesiapa yang tidak berkemampuan,hendaklah dia berpuasa kerana puasa itu baginyabenteng nafsu” .(Hadith riwayat Muslim).

Pemuda dan Dakwah Islam.

قال صلى الله عليه وسلم ” أوصيكم بالشباب خيراً. فإنهم أرق أفئدة.. لقد بعثني الله بالحنيفية السمحة.. فحالفني الشباب وخالفني الشيوخ “. رواه البخاري


Rasul Allah saw. bersabda :
”Aku berpesan kepadamu supaya berbuat baik kepada golongan pemuda, sesungguhnya hati mereka paling lembut. Sesungguhnya Allah telah mengutusku membawa agama Hanif ini, lalu para pemuda bergabung denganku dan orang-orang tua menentangku” [Riwayat Bukhari].

Rasul Allah SAW berumur 40 tahun ketika wahyu diturunkan, dan ketika itu umurnya mencapai kesempurnaan pemuda. Begitu juga khulafa yang empat, dan Ali merupakan pemuda yang paling muda antara mereka. Dan disusuli oleh baki 6 pemuda lain yang dijanjikan syurga. Dan baki sahabat-sahabat baginda yang lain.

Duhai pemudaku, mereka ini ialah generasi pertama dalam penyebaran dakwah Islam. Kalian semua mengetahui dari buku-buku sejarah, bahawa dua empayar besar, Rom dan Parsi jatuh menyembah bumi, tunduk pada keadilan Islam di tangan mereka.

Begitu juga dengan Syam, Mesir, Tripoli, Damsyik dan Maghribi, semuanya tunduk di bawah tangan pemuda Islam. Dan dakwah ini tersebar hampir 2/3 dunia meliputi Sepanyol yang terletak di Barat Eropah, sebahagian besar India, Turkistan dan sempadan China di Timur sehingga seorang Khalifah Abbasiyah, Harun Al-Rasyid berkata kepada awan ”Turunlah di mana sahaja kamu mahu, sesungguhnya hasil keluaranmu akan kembali kepada kami“.

Semua ini tidak akan tercapai kecuali dengan keazaman, pengorbanan, jihad dan keinginan untuk syahid para pemuda hasil didikan Rasul SAW.

Ya Allah, sediakan bagi umat ini, para pemuda yang mempunyai keazaman, pengorbanan dan jihad seperti orang-orang yang terdahulu dari kami. Orang-orang yang menjaga ilmu-ilmu warisan Nabi kami, mengembalikan daulah Kami, kemuliaan dan keagungan ummat Kami.

Kita dan pemuda.

Hari ini masjid kita tidak mesra pemuda. Masjid kita meminggirkan orang muda, bahkan kanak-kanak. Masjid kita barangkali hanya untuk orang-orang tua atau dalam ertikata lain ”daun yang bakal layu esok hari“.

Kita tinggalkan anak-anak kita di belakang saf dengan dunia mereka sewaktu kita berjumpa Allah. Malah yang lebih teruk, ada “lebai” yang tinggalkan anaknya di rumah. Si ayah alim dan hebat di masjid, tetapi dalam waktu yang sama lupa pada anaknya di rumah.

Kita sering bicara hal-hal lain, tetapi jarang sekali kita bicara tentang masalah pemuda, tentang keruntuhan akhlak di kalangan pemuda kita. Usahkan berdiskusi tentang masalah pemuda, kita biarkan mereka hanyut dengan dunia mereka dan kita dengan dunia kita sehingga wujud perbezaan ketara antara golongan tua dan muda.

Ada ayah yang menegur anak-anak mereka, tapi mereka ego dengan umur dan pengalaman mereka. Remaja yang menegur golongan tua dikatakan kurang ajar. Golongan muda dan tua tiada bezanya, kecuali umur mereka sahaja.

Remaja berbuat maksiat dapat dosa, dan golongan tua berbuat maksiat juga dapat dosa. Tapi benarkah kita, golongan tua mampu ditegur oleh golongan muda, dan mampu menerima saranan dan cadangan dari orang muda?.

Anda boleh lihat sendiri kehadiran pemuda kita di masjid, di kuliah-kuliah ilmu dan sebagainya. Mari berkawan dengan pemuda kalian. Mari kita bina generasi pewaris dari pemuda kita.

Akhir kata, aku ingin tanya ”ayah-ayah" dan ”golongan tua” yang membaca postku ini.

-Sejauh mana penglibatan anak-anak kalian dalam hidup kalian?
-Berapa kerapkah kalian membincangkan tentang masalah pemuda, berkongsi masalah dan pandangan dengan anak-anak remaja kalian?


Untuk pemuda, mari kita jadi pemuda tua yang
tua dari segi ilmu dan pengalamannya menandingi manusia seusia dengannya. Rajin-rajinkan bersama dengan orang-orang tua yang berilmu, untuk kita dapatkan pengalaman mereka dan ilmu mereka.

~Bersama kita bina generasi pewaris~

Ahad, 17 Januari 2010

Menjadi Luar Biasa, Keluar Dari Comfort Zone

Terkejut dan terpinga-pinga saya sebentar mendengar lokasi program yang disertai kali ini. Seumur hidup,tidak pernah lagi saya dan keluarga mendengar nama tempat ini, apatah lagi untuk melawatnya. Pastinya tempat tersebut masih baharu dibuka dan berada di kawasan perhutanan yang kurang mendapat liputan masyarakat umum lagi.

Ternyata,telahan kami tepat!

Kem Beliawanis 2009 ini sebenarnya dianjurkan oleh kumpulan Nisa' kawasan Kubang Kerian, Kelantan. Ianya berlangsung selama 3 hari 2 malam dan melibatkan para peserta yang datang dari pelbagai sekolah menengah di bawah Parlimen Kubang Kerian. Malah, ada juga beberapa peserta yang sudahpun bekerja, namun sanggup meluangkan masa untuk hadir ke program semata-mata untuk menyertai program ini. Alhamdulillah, terima kasih saya ucapkan kepada Pengarah Program, Kak Nor kerana sudi mengundang saya menjadi fasilitator untuk program tersebut.


Lokasi
Kem Jeram Mengaji terletak di kawasan Selising, di daerah Pasir Puteh Kelantan. Memandangkan kedudukan lokasi yang terpencil dan jauh terperusuk di dalam hutan belantara, saya mengambil masa lebih kurang dua jam untuk sampai ke destinasi. Memandu bersendirian di kawasan terpencil (tanpa GPRS) adalah suatu tindakan yang tidak pernah saya lakukan selama ini. Apatah lagi saya baru sahaja mendapat lesen memandu Percubaan (P) selepas sambutan Aidilfitri tahun 2009. Namun, saya amat gembira kerana keputusan yang diambil ini membuatkan saya mendesak diri untuk menjadi lebih berani dan berdikari. Saya yakin keberanian serta keyakinan diri itu hanya teruji apabila kita sanggup keluar daripada 'Comfort Zone' yang didiami selama ini.


Suasana dan Pendekatan Berbeza
Saya diminta untuk menjadi fasilitator Kumpulan 1 bagi menggantikan Kak Raden yang pulang awal. Saya juga diminta untuk memberi sedikit pengisian spontan sempena Kuliah Maghrib, sementara menunggu masuknya azan waktu Isyak. Tanpa sebarang persediaan, permintaan tersebut ditunaikan sebaiknya. Namun saya sedar bahawa terdapat banyak cacat cela di sepanjang perkongsian ringkas itu. Saya terlupa, bahawa saya kini bukan lagi berada di kampus universiti; dikelilingi teman-teman yang berani tampil ke hadapan, memberi percambahan idea yang bernas serta berkebolehan memahami Bahasa Inggeris dengan baik. Oleh kerana itu, saya seringkali menyelitkan terma-terma dalam Bahasa Inggeris dan Bahasa Melayu standard, daripada menggunakan loghat Kelantan yang lebih dekat di hati para peserta program.Di hadapan saya pada ketika itu adalah golongan remaja yang bukan berasal dari keluarga senang-lenang. Ramai yang berasal dari kampung dan bersikap malu-malu. Sebagaimana kebanyakan pemuda-pemudi lain di Malaysia, mereka juga mengalami krisis keyakinan diri dan cenderung untuk berdiam diri, daripada bersifat proaktif.

Dihadapan saya juga adalah kumpulan fasilitator dari kalangan muslimat yang manis menutup aurat, bertudung labuh, dan ramai yang memakai purdah..suatu permandangan yang sangat jarang dilihat saya sebenarnya. Sehingga, sesekali saya terfikir, adakah aurat dan cara pemakaian saya masih belum sempurna? Liberalkah aku? (perasaan sedikit tergugah apabila melihat kumpulan fasi yang sangat menyejukkan mata,hehe,chill~)

Maka, ini menjadi suatu cabaran yang baik buat para daie yang menuntut di luar Negara khususnya saya sendiri untuk mencari titik persamaan kami 'despite of our differences and my awkwardness'. Bagaimana kita mahu 'break the ice' di kalangan peserta (dan fasilitator) program yang datang dari latar belakang yang jauh berbeza? Bagaimana pula kita ingin mendekati golongan pakcik makcik atau masyarakat yang lebih tua? Apa yang perlu kita lakukan sekiranya pertanyaan yang diajukan tidak mendapat sambutan? Apakah pendekatan yang dilakukan terhadap golongan ini sama sebagaimana pendekatan kita terhadap pelajar-pelajar universiti di oversea? Banyak lagi perkara yang perlu kita fikirkan sekiranya kita mahu menyampaikan mesej dengan efektif dan berkesan terhadap golongan yang ingin kita dekati.Yang pasti,suasana di universiti luar Negara dan realiti di Malaysia cukup berbeza sama sekali. Dan anda perlu sentiasa bersedia serta sanggup untuk belajar menyesuaikan diri.

Sebahagian pelajar oversea yang memiliki kesedaran dakwah dan ingin bergerak di Malaysia lebih selesa untuk memilih pelajar di sekolah-sekolah dan universiti sebagai golongan sasar. Mungkin jurang umur yang kurang ketara membantu mereka untuk memahami dan berinteraksi dengan mad'u. Ditambah pula jika golongan sasar tersebut belajar di sekolah-sekolah atau kolej persediaan yang pernah dihadiri mereka suatu ketika dahulu.Pasti ada sahaja topik yang boleh dibincangkan bersama.

Hal ini langsung tiada salahnya. Namun, jika kita terlalu selesa berada di dalam kelompok/zon ini, ia mungkin menyekat potensi diri untuk berkembang lebih jauh, tanpa kita sedari. Cuba bayangkan jika anda seorang pemalu atau mungkin lebih gemar menjadi seorang pengikut setia daripada memegang amanah sebagai ketua. Tiba-tiba, suatu hari nama anda dicalonkan sebagai Pengarah Program X. Adakah anda akan menerima atau menolak pencalonan tersebut ?
"Tak naklah. Saya tak pernah lead orang." dan "Bagi kat si Y ajelah. Dia dah biasa buat kerja-kerja macam ni."
adalah antara jawapan yang biasa dilontarkan oleh mereka yang mempunyai sikap 'pengikut'. Kadang-kadang kasihan juga kepada sebahagian teman yang sanggup berkorban menggalas beberapa jawatan dalam satu-satu masa, sedangkan di dalam suatu organisasi kita sewajarnya bersikap toleransi selain bersatu menjaga penjuru masing-masing.
Mari kita bertanya kepada diri sendiri, Mengapa hal sebegini terjadi even dalam organisasi dakwah sendiri?


Sebagaimana yang anda lihat di dalam gambar rajah di atas,anda(dan saya) kini berada di 'Comfort Zone' -lingkungan yang sudah menjadi sebahagian daripada hidup kita. Seperti kebanyakan insan yang lain, kita mahu terus untuk berada disitu selamanya. Malah, ada yang sanggup melakukan apa sahaja untuk mengelakkan perasaan 'uncomfortable' muncul di dalam diri. Well, to avoid this feeling is actually a mistake, dan berikut adalah antara sebab musababnya.

Why avoiding the uncomfortable feeling is a mistake?

Realitinya, setiap apa yang kita mahukan dalam hidup ini berada di area 'Possibility Zone', yakni di luar 'Comfort Zone' itu sendiri. Tidak kiralah apa jua impian yang dimahukan sama ada kesihatan yang lebih baik, mencapai personal development/achievement, kewangan yang lebih terurus, atau cinta yang berbalas dan direstui kedua-dua belah pihak keluarga. Semuanya berada di luar sana. Apa yang penting, kita perlu berani untuk mengambil risiko, dan keluar daripada 'Comfort Zone' tersebut. Pada awal permulaanya, mungkin perasaan kekok, gugup, takut, gementar, 'sakit jantung' dan segala perasaan lain yang kurang selesa akan muncul melemahkan semangat anda. Namun, sekiranya usaha untuk keluar daripada 'Comfort Zone' ini dilakukan berulang kali, inshaAllah segala perasaan tersebut dapat diatasi. 'Daerah Comfort Zone' saya dan juga anda juga akan berkembang. Kemajuan ini seterusnya menjadi pemudah cara bagi kita mencapai sesuatu yang diinginkan di dalam hidup. Tapi harus diingat; semua yang anda mahukan sentiasa berada di luar 'Comfort Zone'. Jadi,proses untuk berpijak keluar dari 'Comfort Zone' ini perlu dilakukan secara kerap dan berterusan.

Penutup
Di suatu sudut, terlihat kelebihan pelajar-pelajar luar Negara yang bijak mendekati pemuda pemudi harapan bangsa yang masih lagi menuntut di sekolah dan universiti. Namun,seringkali mereka mengutamakan institusi pengajian yang sudah establish dan meminggirkan sekolah-sekolah bermasalah,sekolah kampung dan orang asli. Sedangkan di tempat-tempat sebeginilah khidmat dan follow up anda benar-benar di perlukan. Saya tidak pasti, jika ini adalah salah satu daripada 'Comfort Zone' kami. Namun,saya tetap berpendapat bahawa adalah lebih adil dan lebih baik jika kita manfaatkan kebolehan dan anugerah yang dimiliki ini bukan kepada sesetengah golongan yang 'terpilih' sahaja.

Di luar sana, masih ramai lagi pelajar yang belum menguasai 3M (mengira,membaca dan menulis) meskipun kini berada di peringkat sekolah menengah. Kurang ilmu. Kurang didikan agama. Dan kekurangan teman yang boleh memberi inspirasi, semangat dan keyakinan kepada mereka bahawa mereka juga mampu untuk berjaya JIKA mereka berusaha bersungguh-sungguh dan berani untuk bercita-cita.

Anda,adalah antara orang yang diharap dan ditunggu mereka untuk memberi inspirasi dan beraspirasi bersama mereka.

Jadi,beranikanlah diri untuk keluar daripada kebiasaan supaya anda mampu menjadi seorang insan yang luar biasa?

Sabtu, 16 Januari 2010

Islam Agama Bertoleransi (Ulasan Isu Kalimah Allah)

Islam adalah agama yang dipenuhi dengan semangat toleransi dengan agama yang lain. Hubungan Islam khususnya dengan agama samawi (ahlul kitab) yang lain, iaitu Kristian dan Yahudi juga mempunyai keistimewaan tersendiri. Dengan sebab itulah kita dibenarkan memakan haiwan sembelihan mereka dan juga Muslim lelaki dibenarkan mengahwini perempuan ahlul kitab.

Akan tetapi, hubungan Islam dengan penganut agama Kristian adalah lebih rapat berbanding dengan penganut agama Yahudi. Fakta ini jelas termaktub di dalam surah al-Maidah ayat 82:


لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ ٱلْيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشْرَكُواْ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُواْ ٱلَّذِينَ قَالُوۤاْ إِنَّا نَصَارَىٰ ذٰلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَاناً وَأَنَّهُمْ لاَ يَسْتَكْبِرُونَ



Demi sesungguhnya engkau (Wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Demi Sesungguhnya Engkau akan dapati orang-orang yang dekat sekali kasih mesranya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Bahawa kami ini ialah orang-orang Nasrani” Yang demikian itu, disebabkan ada di antara mereka pendita-pendita dan ahli-ahli ibadat, dan kerana mereka pula tidak berlaku sombong.



Ketika menjelaskan ayat ini, al-Marhum Syeikh Mutawalli Sha’rawi menjelaskan yang kebenaran betapa rapatnya hubungan Kristian dengan Islam dibuktikan sejak zaman awal dakwah nabi Muhammad sendiri. Ketika baginda dan para sahabat dizalimi oleh Quraish Makkah, nabi Muhammad mencadangkan para sahabat untuk menyelamatkan diri buat sementara di bawah pemerintah Habshah bernama Raja al-Najashi yang tebal anutan Kristiannya. Sabda nabi Muhammad:


إن بها ملكاً لا يُظلم عنده أحد فأقيموا ببلاده حتى يجعل الله لكم مخرجاً مما أنتم به



Di sana ada seorang raja yang tidak pernah seorang pun dizalimi olehnya, maka menetapkan kamu di negaranya sehinggalah Alah menjadikan kamu sebab untk keluar darinya.


Beberapa orang sahabat senior di bawah pimpinan Ja’far bin Abu Talib menuruti arahan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke sana. Adalah benar, Raja al-Najashi adalah seorang pemerintah Kristian yang adil, dan memberikan hak kebebasan beragama kepada penganut agama lain termasuklah kepada Muslim yang ketika itu baru sahaja muncul kembali di muka bumi. Para sahabat yang tinggal di Habshah disifatkan sebagai tinggal di Dar al-Amn, iaitu bumi yang aman dan selamat, sehingga dicemburui oleh pembesar kafir Quraisy yang lain.

Kedengkian Quraisy menyebabkan mereka sanggup untuk menghasut Raja al-Najashi untuk mengusir Ja’far bin Abu Talib bersama sahabat yang lain. Lalu diutuskanlah Amru bin Al-’As, Abdullah bin Abi Rabi’ah dan ‘Imarah bin al-Walid bin al-Mughirah, dan menaburkan fitnah terhadap imigran Muslim dengan menyatakan mereka adalah pemberontak yang menyeleweng daripada agama nenek moyang mereka. Mereka juga menghasut pemerintah Kristian itu dengan menyatakan yang Islam mengajar fakta yang berbeza dengan Kristian mengenai isu Jesus.

Adakah Raja al-Najashi percaya bulat-bulat dengan hasutan Pertubuhan Musyrikin Mekkah Bersatu itu? Jawapannya tidak sama sekali. Sebaliknya, sebagai manifestasi terhadap keadilan beliau, al-Najashi telah memanggil Ja’far bin Abi Talib untuk memberikan penjelasan. Lalu Ja’far bin Abu Talib menjelaskan,

"Wahai Raja, kami dahulu hidup di dalam Jahiliyyah. Menyembah berhala, makan bangkai, melakukan perbuatan keji, memutus tali persaudaraan, menyakiti hati jiran, yang kuat memakan harta yang lemah. Kami hidup dalam keadaan demikian sehinggalah diutuskan seorang Rasul yang kami ketahui keturunannya, kebenarannya, amanahnya dan kasih sayangnya. Baginda menyeru kami mengesakan dan menyembah Allah dan meninggalkan cara sembahan kami sebelum ini terhadap batu dan berhala. Baginda menyeru kami berkata benar, menunaikan amanah, menyambung tali persaudaraan, berhubung baik dengan jiran …. Akhirnya kami dimusuhi kaum kami sendiri, lantas mereka menyeksa dan memfitnah kami supaya kami kembali menyembah berhala dan berhenti menyembah Allah serta kembali kepada perbuatan keji. Lantas apabila kami dipulau, diseksa dan diboikot oleh mereka, maka keluar berpindah ke negara kamu wahai al-Najashi. Kami memilih kamu berbanding negara atau pemerintah yang lain, kerana kami telah mengharapkan yang diri kami tidak akan dizalimi oleh kamu."

Setelah menyelidik kata-kata Ja’far, serta membuat analisa pandangan Islam terhadap Jesus/Isa, maka Raja al-Najashi tidak langsung mempedulikan hasutan musyrikin Quraish tadi.

Ada beberapa perkara yang wajar kita perhalusi di sebalik penjelasan Ja’far di atas. Yang pertamanya, ialah beliau berdakwah secara halus dan bijaksana kepada orang Kristian tanpa langsung mencari titik perbezaan, akan tetapi mengusahakan noktah persamaan. Sebelum ke UK, saya langsung tidak nampak hikmah di sebalik kata-kata Ja’far ini. Akan tetapi setelah terlibat di dalam program dakwah dengan rakyat tempatan (termasuklah yang atheist dan terutamanya penganut Kristian) dan juga dialog antara agama dengan mereka, barulah saya nampak kehebatan Ja’far. Iaitulah beliau menyebut ‘menghormati jiran’ di dalam penjelasannya, yang mana amalan menghormati jiran ini adalah satu amalan yang paling penting di dalam agama Kristian. Bahkan rakan Kristian saya pernah menyatakan di dalam kepercayaan mereka, dengan hanya menghormati jiran, maka akan mencukupi untuk mendapat kesejahteraan di dalam agama mereka. Dalam banyak-banyak elemen mahmudah yang kecil di dalam Islam, elemen menghormati jiran yang dipilih oleh Ja’far, sebagai membuktikan betapa dalam berdakwah, mencari titik persamaan adalah penting.

Selain itu, kata-kata Ja’far juga membuktikan kebenaran firman Allah mengenai baiknya hubungan Islam dengan Kristian. Nabi Muhammad boleh sahaja mengarahkan para sahabat awal ketika itu untuk mendapatkan perlindungan daripada kabilah bangsa Arab lain yang mungkin bermusuh dengan kabilah Quraisy lantas memungkinkan kedua-dua pihak bersatu atas dasar bermusuh dengan musyrikin Quraisy, akan tetapi bukan itu yang dipilih oleh Nabi. Akan tetapi diarahkan para sahabat untuk bernaung di bawah kerajaan Kristian.

Akrabnya hubungan Islam dan Kristian seperti yang dianjur dan ditunjukkan sendiri oleh Nabi Muhammad menjadi inspirasi kepada pelapis baginda. Di zaman Saidina Umar, empayar Islam telah semakin meluas menjangkaui Semenanjung Tanah Arab. Antara yang berjaya dibuka oleh Saidina Umar ialah Jerusalem, yang ketika itu lebih dikenali sebagai Aeliya’. The Old City of Jerusalem adalah merupakan pusat pemerintahan kerajaan Rom Timur ketika itu. Di situlah letaknya tapak al-Masjid al-Aqsa, dan situ jugalah terletaknya gereja suci Holy Sepulchre. Holy Sepulchere adalah merupakan gereja paling suci di dalam agama Kristian. Di situlah mereka percaya terletaknya ‘kubur’ Jesus, dan di situ jugalah mereka percaya yang Jesus akan dibangkitkan kelak. Semasa Umar membebaskan The Old City of Jerusalem, Holy Sepulchre turut menjadi istana pemerintahan kerajaan Kristian ketika itu. Yang menjadi pemerintah ketika pembebasan Jerusalem ialah Patriarch Sophronious.

Kita mengetahui dalam beberapa akaun sejarah yang Patriarch Sophronious, sama seperti Muslim, cuba untuk mengelakkan berlakunya pertumpahan darah di dalam Jerusalem. Menghidu awal kekalahan Rom Timur, Patriach Sophronious mengibarkan bendera putih menyerah kalah, akan tetapi dengan syarat bahawa beliau hanya menyerahkan kunci kota lama itu kepada Saidina Umar. Ada laporan sejarah menyatakan bahawa pembebasan Jerusalem di tangan Saidina Umar memang telah diramalkan dan termasuk di dalam prophecy Kristian ketika itu.

Penyerahan Jerusalem kepada Muslim dilakukan dalam suasana penuh persaudaraan. Umar dipelawa untuk bersembahyang Asar di dalam Holy Sepulchre. Akan tetapi beliau menolak, kerana khuatir akan ada kelompok Muslim akan datang yang zalim akan merampas gereja suci tersebut, kerana kononnya Umar pernah solat Asar di situ. Lalu Umar bersembahyang di luar Holy Sepulchre, dan di tapak beliau solat itu sekarang didirikan Masjid Umari yang masih berdiri teguh sekarang. Masjid Umari itu didirikan bersebelahan dengan Holy Sepulchre.

Ini adalah keadilan dan toleransi Islam untuk agama lain. Dalam suasana berperang, kita dilarang merampas rumah ibadat orang lain. Apatah lagi di dalam konteks hubungan baik dengan agama Kristian, Umar sejak dari awal menutup pintu yang memungkinkan kelompok Muslim akan datang yang jahil dengan agama sendiri, daripada bertindak zalim terhadap hak agama lain di dalam negara Islam.

Tidak cukup dengan itu, walaupun lama berperang dengan tentera Muslim, akan tetapi tentera dan penduduk asal Kristian di Jerusalem semasa zaman Rom Timur diberikan jaminan oleh Umar untuk tidak dihalau. Bahkan hak kerakyatan mereka dikekalkan, dan mereka diberikan kebebasan menikmati apa yang mereka lakukan semasa pemerintahan Rom Timur dengan syarat yang adil.

Kunci Holy Sepulchre masih dipegang oleh keluarga Muslim

Sepanjang pemerintahan Islam, hubungan Kristian dan Muslim amat rapat di dalam Jerusalem. Mereka turut dilantik menjadi menteri di dalam kabinet ketika itu. Bahkan, percayanya penganut Kristian kepada keadilan Islam terbukti apabila mereka menyerahkan kunci utama Holy Sepulchre untuk dipegang oleh Muslim. Dan tradisi itu diteruskan sehinggalah ke zaman sekarang. Kunci gereja suci itu masih dipegang oleh keluarga Muslim sekarang, diketuai oleh Wajeeh Nusaibah.





Tradisi hubungan baik Kristian-Islam diteruskan sehinggalah ke zaman Khalifah al-Hakim bi Amrillah, salah seorang pemerintah keenam Kerajaan Fatimiyyah. Walaupun dilaporkan yang ibunya adalah seorang penganut Kristian, akan tetapi beliau bersikap zalim terhadap penganut Kristian khususnya di dalam Jerusalem. Antaranya ialah memperkenalkan kod warna pakaian tertentu kepada penganut Kristian, dan kemuncaknya ialah beliau telah memusnahkan Holy Sepulchre sekitar tahun 1009-10 CE (Rujuk kitab Khitat karangan al-Maqrizi).

Kezaliman al-Hakim dijadikan alasan oleh penganut Kristian dari Eropah untuk melancarkan peperangan Salib. Akhirnya Pope Urban II, setelah didesak oleh Alexious I salah seorang pemerintah Rom Timur telah memberikan ucapan/khutbah di Council of Clermont, Perancis kepada penganut Kristian menghalalkan mereka untuk berperang bagi menawan Jerusalem. Tujuannya ialah untuk menyatupadukan penganut Kristian setelah rumah suci mereka dicemari oleh pemerintah Muslim. Perlu dinotakan di sini, baik daripada sumber Kristian atau pun sumber Islam, semua menyatakan yang kebanyakan tentera salib yang menyertai kempen pertama peperangan tersebut terdiri daripada orang susah, terbiar dan tidak berpelajaran.

Sebahagian penganalisa sejarah berpandangan, kempen pertama perang Salib itu diibaratkan seperti orang bodoh yang memerangi orang bodoh. Orang bodoh pertama yang dimaksudkan, ialah tentera salib pada kempen pertama peperangan tersebut. Sementara orang bodoh kedua yang dimaksudkan ialah pemerintahan zalim al-Hakim bi Amrillah. Saya hampir bersetuju dengan pandangan ini. Memang menjadi norma alam, baik dari zaman dahulu sehingga ke zaman sekarang, bahawa ketika bertembungnya dua jenis kebodohan, maka ianya akan diiringi dengan peperangan yang menyeksakan. Saya tidak menyatakan yang peperangan itu semestinya berpunca daripada kebodohan, tidak sama sekali.

Apa yang saya nyatakan di atas ialah sebahagian daripada premis asas kepada pandangan saya terhadap kekalutan yang berlaku di Malaysia sekarang, kerana isu penggunaan kalimah Allah di kalangan penganut Kristian seperti yang telah diputuskan oleh Mahkamah, dan membawa kepada kemuncaknya iaitu pembakaran tiga gereja di sekitar Lembah Klang.

PENGGUNAAN KALIMAH ALLAH

Isu penggunaan kalimah Allah pada pandangan saya, pada dasar dan asasnya, tidak mempunyai kaitan dengan hukum. Ini kerana di dalam al-Quran dan a-Sunnah, banyak nas yang melaporkan betapa golongan non-Muslim telah menggunakan kalimah Allah sebagai Tuhan mereka. Sebagai contoh, firman Allah di dalam surah al-Ankabut ayat 63:


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ



Dan sesungguhnya jika Engkau (Wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: “Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu ia hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya?” sudah tentu mereka akan menjawab: “Allah“. Ucapkanlah (Wahai Muhammad): “Alhamdulillah” (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian), bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (hakikat tauhid dan pengertian syirik).


Ayat ini diulangi sekali lagi oleh Allah SWT di dalam surah Luqman ayat 25:


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْلَمُونَ



Dan sesungguhnya jika Engkau (Wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang musyrik) itu: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” sudah tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Ucapkanlah (Wahai Muhammad): “Alhamdulillah” (sebagai bersyukur disebabkan pengakuan mereka yang demikian – tidak mengingkari Allah), bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat tauhid dan pengertian syirik).


Dua ayat di atas, hanyalah sebahagian contoh beberapa nas syara’ yang memberikan petunjuk tiada larangan kepada non-Muslim menggunakan kalimah Allah sebagai merujuk kepada Tuhan yang bersifat pencipta. Di dalam ilmu aqidah, ini dipanggil sebagai tauhid rububiyyah. Dasarnya, semua manusia di muka bumi ini yakin ada Tuhan yang mencipta dan mengatur alam cakerawala. Cuma yang membezakan Muslim dengan non-Muslim, ialah tauhid uluhiyyah kepercayaan kita terhadap Allah sebagai Tuhan Pencipta Yang Maha Esa. Saya meraikan bahawa terdapat aliran di dalam umat Islam yang bersungguh-sungguh menafikan fakta pembahagian tauhid itu kepada tauhid rububiyyah, uluhiyyah dan asma’ wa sifat, akan tetapi kita ketepikan dahulu perbahasan itu.

Apa yang pasti, kalimah Allah telah digunakan oleh Musyrikin Makkah sebelum nabi Muhammad dilahirkan lagi sebagai merujuk kepada Tuhan yang mencipta alam ini. Perlu dinotakan bahawa mereka tidak pula memanggil berhala-berhala yang mereka persekutukan itu dengan nama Allah, sebaliknya mengekalkan nama-nama berhala itu seperti Lata dan ‘Uzza. Lebih ironi lagi, dalam kedua-dua ayat di atas, Allah memerintahkan nabi Muhammad bersyukur kerana musyrikin ketika itu mengiktiraf Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mencipta.

Di negara Arab, kitab injil memang menggunakan perkataan Allah merujuk kepada Tuhan bagi agama Kristian. Bagi anda yang berada di UK, di beberapa tempat seperti di lapangan terbang, universiti dan hospital, ada kalanya premis beribadat dikongsi bersama dengan agama lain. Cuba belek almari buku bilik sembahyang tersebut, kadang-kadang terselit kitab Injil yang menggunakan kalimah Allah merujuk kepada Tuhan mereka. Ada juga yang menggunakan kalimah Allah al-Ab (Allah si Bapa) untuk menunjukkan falsafah triniti di dalam agama Kristian.

Di Borneo, penduduk peribumi di situ dikatakan terlebih dahulu menerima ajakan mubaligh Kristian secara meluas sejak beratus-ratus tahun dahulu. Ada yang menyatakan mubaligh itu kebanyakannya datang dari negara Eropah dan bertutur dalam Bahasa Inggeris, justeru penduduk peribumi Borneo berhadapan dengan masalah belajar agama Kristian kerana masalah bahasa. Lalu diterjemahkanlah Bible ke dalam bahasa Melayu/Indonesia, dipanggil sebagai al-Kitab dan menggunakan kalimah Allah sebagai Tuhan mereka. Bagi Muslim di Semenanjung, kita perlu meraikan yang amalan ini telah mereka lakukan sejak ratusan tahun lamanya, seperti yang dinyatakan oleh seorang penulis di sini.


AGAMA SAMAWI BANYAK PERSAMAAN, WALAUPUN PERBEZAANNYA JUGA BESAR

Ada juga yang melenting ketika isu ini diuar-uarkan, kerana beberapa orang cendiakawan Muslim menggunakan istilah agama samawi merujuk kepada Kristian dan Yahudi. Lentingan ini tiada asas, kerana memang Kristian dan dan Yahudi adalah agama samawi, yang mana sumber asalnya adalah daripada langit. Status agama samawi tidak menjamin seseorang itu masuk syurga, tetapi yang penting ialah kemurniaan agama samawi tersebut. Di dalam Islam, kita percaya yang agama Kristian dan Yahudi telah diubah oleh pendita-pendita mereka. Sumber asal daripada kitab Taurat, Zabur dan Injil telah diubah dan ditulis kembali. Ini adalah kepercayaan Muslim, dan kita dapat lihat besarnya perbezaan kita dengan mereka di dalam hal ini. Penggunaan istilah agama samawi adalah implikasi amalan akademik semata-mata. Istilah lain yang turut digunakan bagi merujuk ketiga-tiga agama ini ialah agama nabi Ibrahim (Abrahamic religion) dan juga agama keEsaan (monotheistic faiths).

Oleh kerana sumbernya sama, maka banyak istilah yang sama dapat dilihat antara ketiga-tiga agama samawi ini. Contoh yang paling ketara ialah isu kalimah Allah ini. Contoh lain pula, ialah nama para nabi dan kisah-kisah mereka. Semuanya mempunyai persamaan. Dalam konteks nama-nama nabi, semuanya berkongsi nama yang sama, kecualilah mereka tidak beriman dengan nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir.

Anak-anak saya setakat ini semua dilahirkan di Scotland. Baru seorang sahaja yang telah masuk nurseri pra-sekolah, berumur 4 tahun. Menjelang hujung tahun, ketika inilah saya perlu berhati-hati dalam bab menjaga aqidah anak saya, kerana di sekolah hampir setiap hari akan didendangkan dengan pembacaan buku dan lagu yang berkonsepkan triniti. Cikgu-cikgu akan mengajar mengenai Jesus, Christmas Father dan seumpamanya. Kadang-kadang buku cerita mengenai sejarah Adam dan Hawa, kisah perjalanan nabi Ibrahim, peristiwa penyembelihan nabi Ismail dan bahtera nabi Nuh turut diceritakan. Sudah tentu penceritaan itu daripada sumber biblikal mereka.

Adalah menjadi tanggungjawab saya sebagai seorang bapa yang Muslim, untuk memberikan penjelasan semula kepada anak saya mengenai siapakah Isa, Adam, Hawa, Ibrahim, Ismail dan Nuh di dalam agama Islam.

Dan adalah amat tidak cerdik sekiranya saya memberikan surat kepada pihak sekolah, menghalang mereka untuk menggunakan nama-nama nabi tersebut daripada perspektif agama mereka.


ISLAM, ALLAH DAN RASUL MILIK SEMUA MANUSIA

Sama seperti kalimah Allah, nama-nama nabi itu juga adalah milik semua. Bahkan di dalam al-Quran, digalakkan kepada kita untuk menyeru kepada penganut agama lain betapa nabi Muhammad itu juga adalah nabi mereka. Firman Allah di dalam surah al-A’raf ayat 158:


قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الأمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ



Katakanlah (Wahai Muhammad): “Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Aku adalah pesuruh Allah kepada kamu semuanya, (diutus oleh Allah) Yang Menguasai langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia; Yang menghidupkan dan mematikan. oleh itu, berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kalimah-kalimahNya (Kitab-kitabNya); dan ikutilah Dia, supaya kamu beroleh hidayah petunjuk”.


Perlu diperhalusi di sini, bahawa sebolehnya Islam menganjurkan penganutnya untuk menyeru kepada semua manusia tanpa mengira agama, bahawa Islam, Allah dan Rasulullah Muhammad SAW adalah milik semua. Ini adalah seruan wajib, bahkan bersifat universal. Cuma, terserahlah kepada yang mendengar seruan tersebut sama ada ingin beriman atau tidak dengannya.


WALAUPUN SUKAR, TAPI NILAILAH NIAT YANG TERZAHIR

Justeru, pada pandangan saya, kehangatan isu penggunaan kalimah Allah ini hanyalah bersifat kosmetik dan domestik. Memang benar, secara dasarnya ianya tiada kaitan dengan agama, tetapi tidak pula saya nafikan sekiranya niat menggunakan kalimah Allah itu untuk menyongsangkan fikrah umat Islam, maka hukumnya haram. Justeru, nilailah tindakan rakan-rakan Kristian itu melalui niat mereka yang terzahir.

Sekiranya niat mereka menggunakan kalimah Allah itu di dalam penerbitan untuk bacaan kepada penganut Kristian Arab dan Borneo, maka bagi saya tiada masalah. Sekiranya mana-mana agama menyebut Allah mencipta alam, Allah yang menurutkan bencana dan nikmat, maka itu juga tidak salah. Akan tetapi sekiranya mereka menyebut berhala ini namanya Allah, maka itu kesalahan besar.

Sebagai yang melihat dari jauh, saya juga berpandangan isu ini sebolehnya perlu dielakkan untuk diheret di dalam kuasa eksekutif dan kamar mahkamah. Tindakan Kementerian Dalam Negeri mengenakan larangan kepada akhbar The Herald daripada menggunakan kalimah Allah dikhuatiri adalah manifestasi daripada polarisasi agama bahkan bangsa di tanah air. Sudah tentu larangan itu disusuli dengan tindakan mahkamah oleh The Herald yang menatijahkan isu ini menjadi isu yang besar. Sebagai pemerhati dari kejauhan, alangkah indahnya kalau isu ini boleh diselesaikan dengan dialog terlebih dahulu.

Bagi rakan-rakan penganut agama Kristian, percayalah yang asas agama kami adalah bertoleransi dengan semua agama. Agak malang sebahagian daripada Muslim melakukan beberapa tindakan yang bercanggah dengan agama mereka sendiri. Saya tidak merujuk kepada kejadian membakar 3 gereja kerana ianya masih di dalam siasatan, akan tetapi sekiranya benar ianya dilakukan oleh Muslim, itu adalah tindakan keji dan tiada kaitan langsung dengan agama Islam.

Di saat yang agak tegang ini, mungkin sebahagian kecil rakan-rakan penganut agama Kristian akan nakal berfikir untuk bersetuju dengan label barat terhadap Islam sebagai agama pengganas. Maka akan dicarilah di dalam 6,236 ayat di dalam al-Quran, firman suci yang mengharuskan memerangi non-Muslim secara keseluruhannya. Saya cadangkan, jangan terpengaruh dengan agenda barat. Kita bangsa timur yang hidup dalam harmoni. Sekiranya terjumpa ayat mengenai perang dengan non-Muslim, maka kajilah konteksnya. Saya boleh nyatakan ayat-ayat perang itu, majoriti Muslim tidak menghafalnya langsung, bahkan kalau disuruh untuk mencari surah dan ayat berapa, tidak akan dijumpai mereka. Akan tetapi di sana terdapat satu surah yang hampir semua Muslim menghafalnya, iaitulah surah al-Kafirun, surah yang ke 109 di dalam al-Quran. Di dalam surah ini, Allah memberikan penegasan terhadap kebebasan beragama kepada semua. Kalau terjumpa ayat perang, kaji konteksnya dan jangan abaikan surah al-Kafirun. Islam itu datang dalam satu pakej lengkap, bukannya berdasarkan pilihan ayat tertentu sahaja.

Anda juga perlu berhati-hati sekiranya ingin meneruskan penggunaan kalimah Allah di dalam penerbitan anda terutamanya di Semenanjung Malaysia. Di Borneo, realitinya ialah tiada masalah kalimah Allah digunakan. Akan tetapi di Semenanjung, sekiranya ia didapati bercanggah dengan perlembagaan negara, yang melarang penyebaran agama lain di kalangan Muslim, maka ia adalah tindakan yang salah. Berhati-hati juga, kerana ada gereja Kristian seperti The Southern Baptist Theological Seminary yang melarang menggunakan kalimah Allah untuk merujuk Tuhan anda kerana bercanggah dengan konsep triniti, seperti yang boleh dibaca di sini.

Bagi Muslim yang berdemonstrasi menyatakan bantahan terhadap penggunaan kalimah Allah, saya tiada halangan kerana ini adalah amalan negara demokrasi. Akan tetapi jelas sekali isu ini seolah-oleh telah dipolitikkan. Kenapa ada sebahagian demonstrasi dibenarkan, dan ada pula demonstrasi yang diharamkan?

Kepada mereka yang keluar berdemonstrasi, saya cadangkan minggu hadapan anda berdemonstrasi juga menyatakan bantahan dan kemarahan terhadap beberapa isu yang mengguris umat Islam yang lain. Contohnya, isu lama seperti mufti yang dipecat kerana menangkap perempuan Muslim yang mempamerkan aurat memberahikan di dalam pertandingan ratu cantik, larangan kepada sebahagian jabatan agama untuk melakukan kerja nahi munkar. Selain itu, ada juga parti majoriti non-Muslim yang mengeluarkan poster dan propaganda mengina hukum jenayah Islam seperti sup tangan di negeri yang ingin melaksanakan hukum syariat. Ini adalah jelas menghina Islam. Yang lebih hina lagi, terdapat banyak kenyataan sinikal dan berdosa pemimpin beragama Islam sendiri yang menghina hukum-hakam Islam. Ini adalah lebih utama ditentang.

KESIMPULAN


Justeru, saya berpandangan sekali lagi bahawa isu ini boleh dihamornikan penyelesaiannya dengan dialog antara pihak terbabit. Seboleh-bolehnya elakkanlah tindakan melanjutkan isu ini di mahkamah, walaupun agak sukar kerana ianya telah mula diheret terlebih dahulu ke kamar tersebut. Dalam masa yang sama, saya mencadangkan agar kalimah Allah itu digunapakai dalam konteks realiti di Semenanjung, dalam keadaan ’status-quo’nya. Saya juga menyokong mereka yang tiba-tiba muncul menjadi hero Islam, akan tetapi ingatlah menyokong Islam bukannya dengan sokongan nama Allah sahaja. Ianya lebih daripada itu, meliputi apa yang Allah itu suruh dan perintah. Sekiranya isu ini tidak ditangani dengan baik, saya bimbang kekhuatiran saidina Umar di dalam kisah keengganan beliau solat di Holy Sepluchre, dan perangai al-Hakim bi Amrillah, akan berlaku di tanah air yang tercinta.

Selasa, 12 Januari 2010

Gembirakan Hati Untuk Gembirakan Orang Lain

“Risau di hati tidak surut-surut. Macam-macam hal perlu difikirkan untuk program kali ini”, luahnya.

Damai. Tiupan angin menyapa pipi. Tenang sekali air tasik serta pohon-pohon sekelilingnya. Namun, hati yang berbicara seakan bergelora.

“Maaf jika saya mengajukan soalan. Mungkin ada manfaatnya buat kerisauan yang melanda”, sahabat disebelah mengajukan.

Dia diam tanda akur. Matanya merenung jauh. Penuh harapan.

Mengapa Sibuk Berprogram?

“Apakah tujuan awak berprogram pada asalnya?” secara lembut sahabat bertanya. Biar jauh dari intonasi `menuduh` niat asalnya salah, melainkan intonasi untuk lebih memahami.

“Program ini satu amanah untuk saya usahakan sebaik mungkin”, jawabnya bersemangat. Semangat yang diusahakan dari kekuatan dalaman. Perkataan amanah itu berat sekali.

“Program juga tempat untuk kita memberi, bukan?” sengaja sahabatnya membawa sudut pandang yang berbeza.

“Melaksanakan amanah sambil memberi. Setuju”, responnya ringkas seperti memberikan isyarat agar sahabatnya mengulas lanjut.

“Hati perlu gembira tatkala memberi. Tidak saya nafikan amanah berat yang dipikul. Ditambah pula cabaran-cabaran berhadapan dengan masalah dan pelbagai peluang dalam melaksanakan program. Namun, semuanya menjadi lebih bermakna dengan hati yang gembira melakukannya”.

“Enjoy mengadakan program?” soalnya mendapatkan kepastian.

“Yeah, enjoy! Islamically anyway. Hati yang gembira akan menghasilkan suasana positif. Mencambah idea, meransang kreativiti. Jauh dari stress“, sahabatnya menambah sambil tersenyum ceria.

“Oh ya, fikir untuk memudahkan, bukan fikir mudah sambil lewa. Selain itu, don`t be perfectionist! Allah sentiasa mengingatkan kita untuk bergantung padaNya yang Maha Sempurna”, sahabatnya memberikan tips mudah yang biasa tetapi sering dilupa.

“Sedarlah saya, terlalu memandang `berat` amanah ini sehingga lupa untuk melakukannya dengan senang hati”, dia menutup bicara.

Hati Gembira Akan Menggembirakan

“Macamana dengan respon adik-adik semasa perasmian pagi tadi?”, soal saya.

“Hambar. Tidak bersemangat dan lansung tidak menunjukkan reaksi teruja”, dia mencebikkan muka. Mungkin yang merasmikan sedikit kecewa.

“Oh begitu”, ringkas saya nyatakan.

Bagi kekal positif, kata-katanya saya dengar sekali lalu sahaja. InsyaAllah, program belum bermula. Masih punya peluang untuk berusaha menghangatkan suasana. Bukan mengejar glamour. Niat supaya mesej program sampai buat yang hadir.

Justeru, semasa berkata-kata di hadapan, saya perlu punya hati yang gembira. Sekalipun gementar dan pelbagai kerisauan di fikiran, perasaan gembira perlu mengatasi segalanya. Gembira untuk memberi sekaligus membawa manusia mengingati padaNya. Hati yang gembira akan menggembirakan.

Samalah juga seperti seorang tukang masak yang menyediakan makanan. Apabila memasak dengan hati yang senang lagi berzikir padaNya, masakan yang dikategorikan `campak-campak` dan cukup simple boleh jadi cukup menyelerakan! Itulah kuasa hati gembira yang mampu menggembirakan. Dengan izin Allah jua.

Samada AJK modul, teknikaliti mahupun fasilitator, berprogramlah dengan hati yang gembira. Tidak perlu excited semacam atau buat-buat mesra. Just be youself. Hal yang buat-buat tidak akan bertahan lama. Hanya sementara dan tidak kekal andai tidak cuba menjadinya betul-betul mesra misalnya.

Ada yang gembira sambil energetic. Ada yang gembira sambil selamba dan sempoi. Ada juga yang gembira dengan wajah tenang ataupun suka tidur. Gembiralah dengan cara tersendiri asalkan Allah sentiasa di hati.

Buat peserta program pula, hadirlah dengan hati yang gembira. Hati gembira akan lapang menerima segala macam input sepanjang program. Selepas para AJK bertungkus lumus memberi, andai hati yang menerima tidak bersedia, sukar.

Moga Program Berterusan Membawa Kebaikan

“Video penutup, silalah tengok”, pelawa seorang junior.

Tersenyum simpul saya menghayatinya. Video yang cukup simple tetapi bermakna. Lebih-lebih lagi saya pernah turut serta pada satu masa dahulu. Kini giliran mereka pula.

Walau apa jua maklum balas yang diterima, samada positif, negatif yang membina sekalipun membunuh, team penganjur wajar menerima ucapan tahniah atas kejayaan menganjurkan untuk terus memberi. Jangan serik, tetapi carilah ruang untuk gembira memberi lagi. Anggaplah ini satu kejayaan peribadi sekalipun mungkin ada yang tidak hargai.

Akhirnya antara kita dengan Tuhan jua untuk menyentuh hati-hati manusia.

Mengapa Muslim Biarkan Hati Mati




i

Hati adalah organ paling utama dalam tubuh manusia dan ia nikmat paling agung diberikan Allah. Hati menjadi tempat Allah membuat penilaian terhadap hamba-Nya. Pada hatilah letaknya niat seseorang.

Niat ikhlas itu akan diberi pahala. Hati perlu dijaga dan dipelihara dengan baik agar tidak rosak, sakit, buta, keras dan lebih-lebih lagi tidak mati. Sekiranya berlaku pada hati keadaan seperti ini, kesannya membabitkan seluruh anggota tubuh manusia. Akibatnya, akan lahir penyakit masyarakat berpunca daripada hati yang sudah rosak itu.

Justeru, hati menjadi amanah yang wajib dijaga sebagaimana kita diamanahkan menjaga mata, telinga, mulut, kaki, tangan dan sebagainya daripada berbuat dosa dan maksiat.

Hati yang hitam ialah hati yang menjadi gelap kerana bergelumang dengan dosa. Setiap dosa yang dilakukan tanpa bertaubat akan menyebabkan satu titik hitam pada hati. Itu baru satu dosa. Bayangkan bagaimana kalau 10 dosa? 100 dosa? 1,000 dosa? Alangkah hitam dan kotornya hati ketika itu.

Perkara ini jelas digambarkan melalui hadis Rasulullah yang bermaksud:

"Sesiapa yang melakukan satu dosa, maka akan tumbuh pada hatinya setitik hitam, sekiranya dia bertaubat akan terkikislah titik hitam itu daripada hatinya. Jika dia tidak bertaubat maka titik hitam itu akan terus merebak hingga seluruh hatinya menjadi hitam."
(Hadis riwayat Ibn Majah)

Hadis ini selari dengan firman Allah bermaksud:
"Sebenarnya ayat-ayat Kami tidak ada cacatnya, bahkan mata hati mereka sudah diselaputi kotoran dosa dengan sebab perbuatan kufur dan maksiat yang mereka kerjakan."
(Surah al-Muthaffifiin, ayat 14)

Hati yang kotor dan hitam akan menjadi keras. Apabila hati keras, kemanisan dan kelazatan beribadat tidak dapat dirasakan. Ia akan menjadi penghalang kepada masuknya nur iman dan ilmu. Belajar sebanyak mana pun ilmu yang bermanfaat atau ilmu yang boleh memandu kita, namun ilmu itu tidak masuk ke dalam hati, kalau pun kita faham, tidak ada daya dan kekuatan untuk mengamalkannya.

Dalam hal ini Allah berfirman yang bermaksud:
"Kemudian selepas itu, hati kamu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Pada hal antara batu-batu itu ada yang terpancar dan mengalir sungai daripadanya dan ada pula antaranya yang pecah-pecah terbelah lalu keluar mata air daripadanya. Dan ada juga antaranya yang jatuh ke bawah kerana takut kepada Allah sedang Allah tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu kerjakan."

(Surah al-Baqarah ayat 74)

Begitulah Allah mendatangkan contoh dan menerangkan batu yang keras itu pun ada kalanya boleh mengalirkan air dan boleh terpecah kerana amat takutkan Allah. Oleh itu, apakah hati manusia lebih keras daripada batu hingga tidak boleh menerima petunjuk dan hidayah daripada Allah.

Perkara paling membimbangkan ialah apabila hati mati akan berlaku kemusnahan amat besar terhadap manusia. Matinya hati adalah bencana dan malapetaka besar yang bakal menghitamkan seluruh kehidupan. Inilah akibatnya apabila kita lalai dan cuai mengubati dan membersihkan hati. Kegagalan kita menghidupkan hati akan dipertanggungjawabkan Allah pada hari akhirat kelak.

Kenapa hati mati? Hati mati disebabkan perkara berikut:

* Hati mati kerana tidak berfungsi mengikut perintah Allah iaitu tidak mengambil iktibar dan pengajaran daripada didikan dan ujian Allah.

Allah berfirman bermaksud:
"Maka kecelakaan besarlah bagi orang yang keras membatu hatinya daripada menerima peringatan yang diberi oleh Allah. Mereka yang demikian keadaannya adalah dalam kesesatan yang nyata."
(Surah al-Zumar ayat 22)

* Hati juga mati jika tidak diberikan makanan dan santapan rohani dengan sewajarnya. Kalau tubuh badan boleh mati kerana tuannya tidak makan dan tidak minum, begitu juga hati.

Apabila ia tidak diberikan santapan dan tidak diubati, ia bukan saja akan sakit dan buta, malah akan mati akhirnya. Santapan rohani yang dimaksudkan itu ialah zikrullah dan muhasabah diri.

Oleh itu, jaga dan peliharalah hati dengan sebaik-baiknya supaya tidak menjadi kotor, hitam, keras, sakit, buta dan mati. Gilap dan bersihkannya dengan cara banyak mengingati Allah (berzikir).

Firman Allah bermaksud:
"Iaitu orang yang beriman dan tenteram hati mereka dengan mengingati Allah. Ketahuilah! Dengan mengingati Allah itu tenang tenteramlah hati manusia."
(Surah al-Ra'd ayat 28)

Firman-Nya lagi bermaksud:
"Hari yang padanya harta benda dan anak-anak tidak dapat memberikan sebarang pertolongan, kecuali harta benda dan anak-anak orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat sejahtera daripada syirik dan munafik."
(Surah al-Syura ayat 88-89)

Tanda-tanda hati mati

Menurut Syeikh Ibrahim Adham, antara sebab atau tanda-tanda hati mati ialah:

1. Mengaku kenal Allah SWT, tetapi tidak menunaikan hak-hak-Nya.

2. Mengaku cinta kepada Rasulullah s.a.w., tetapi mengabaikan sunnah baginda.

3. Membaca al-Quran, tetapi tidak beramal dengan hukum-hukum di dalamnya.

4. Memakan nikmat-nikmat Allah SWT, tetapi tidak mensyukuri atas pemberian-Nya.

5. Mengaku syaitan itu musuh, tetapi tidak berjuang menentangnya.

6. Mengaku adanya nikmat syurga, tetapi tidak beramal untuk mendapatkannya.

7. Mengaku adanya seksa neraka, tetapi tidak berusaha untuk menjauhinya.

8. Mengaku kematian pasti tiba bagi setiap jiwa, tetapi masih tidak bersedia untuknya.

9. Menyibukkan diri membuka keaiban orang lain, tetapi lupa akan keaiban diri sendiri.

10. Menghantar dan menguburkan jenazah/mayat saudara se-Islam, tetapi tidak mengambil pengajaran daripadanya. Semoga dengan panduan yang di sampaikan itu akan dapat kita sama-sama mengambil iktibar semoga segala apa yang kita kerjakan akan diredai Allah SWT.

Menurut Sheikh Ibni Athoillah Iskandari dalam kalam hikmahnya yang berikutnya;

Sebahagian daripada tanda mati hati itu ialah jika tidak merasa dukacita kerana tertinggal sesuatu amal perbuatan kebajikan juga tidak menyesal jika terjadi berbuat sesuatu pelanggaran dosa.

Mati hati itu adalah kerana tiga perkara iaitu;

* Hubbul dunia (kasihkan dunia)

* Lalai daripada zikirullah (mengingati Allah)

* Membanyakkan makan dan menjatuhkan�anggota badan kepada maksiat kepada Allah.

Hidup hati itu kerana tiga perkara iaitu;

* Zuhud dengan dunia

* Zikrullah

* Bergaul atau berkawan dengan aulia Allah.

Ahad, 10 Januari 2010

Facebook, Yahudi dan Status Hukum


Soalan

Ustaz, SYUBHAHKAH menyertai FACEBOOK? ana ada terbaca artikel yang mana pemiliknya, Mark Zucherberg menyumbangkan dana melalui penggunaan facebook ini dari seluruh dunia kepada bangsanya, Yahudi. Mohon penjelasan ustaz?

Jawapan

Soalan ini terlalu kerap dilontar kepada saya dan begitu banyak pula ditulis oleh pelbagai individu di forum dan blog.

Sebelum ini saya sendiri tidak menggunakan facebook walaupun saya telah membuat beberapa kajian serba ringkas dan membaca semua terma perjanjian yang terkandung di web facebook.

Namun ramai individu meminta dan mencadangkan saya membuka akaun facebook untuk menyebarluaskan lagi dakwah dan ilmu yang terkandung di dalam website saya. Biasanya, permintaan itu saya abaikan, sehinggalah rakan webmaster zaharuddin.net sendiri mencadangkan kepada saya, lalu saya tolak atas alasan kesibukan.

Beliau kemudian mencadangkan dibuka fanpage facebook dan bukannya facebook profile individu bagi mengelak kesibukan yang dibimbangkan tadi. Beliau juga bersetuju membantu proses pembukaan itu dan administrasi.

Atas tanggungjawab dakwah dan melihat web saya yang kerap ditimpa masalah server akhir-akhir ini, saya izinkan beliau memulakan fanpage facebook untuk pengunjung zaharuddin.net.

Maka sejak dari 28 Dis 2009, saya mula menjenguk facebook zaharuddin.net dan membuat pengisian serba ringkas.

Kembali kepada soalan, dalam menentukan keputusan dan hukum penyertaan facebook, menurut pendapat saya, terdapat beberapa isu yang perlu diperhati dan telah saya perhati sebelum saya memberi izin kepda rakan webmaster saya membuka fanpage facebook. Ia adalah seperti berikut :-

1) Bolehkah menggunakan produk ciptaan Yahudi?

Kesimpulan bagi soalan ini telah saya ulas panjang lebar dalam artikel terdahulu. Baca di sini . Kesimpulannya, adalah dibenarkan untuk umat Islam membeli, menjual, menggunapakai produk ciptaan bukan Islam termasuk Yahudi, selagi mana ia dalam ruang lingkup yang halal.

Nabi Muhammad SAW juga diriwayatkan dalam hadis yang sohih telah berurusan dan membuat transaksi jual beli dan cagaran dengan seorang yahudi, iaitu :-

‏أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم اشْتَرَى طَعَامًا من يَهُودِيٍّ إلى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعًا من حَدِيدٍ

Ertinya : "Sesungguhnya Nabi SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran secara bertangguh, dan mencagarkan baju besi baginda SAW" ( Riwayat al-Bukhari, no 2326, 2/841)

Tambahan dalil boleh dibaca dari link artikel saya yang lalu di atas.


2) Apa maksud saudara penyoal dengan ayat ‘menyumbang kepada bangsa Yahudi'?

Jual beli Muslim dengan seorang Yahudi hingga memberikan keuntungan kewangan kepada dirinya tidak bermasalah sama sekali di sisi Islam, malah Rasulullah s.a.w dan para sahabat banyak yang berjual beli dengan Yahudi di Madinah.

Cuma persoalannya di sini, adalah menyumbang kepada keganasan Yahudi Zionis. Namun adakah dakwaan itu boleh dibuat dan dipercayai semudah itu, tanpa sebarang bukti jelas dan hanya bersandarkan kepada latar belakang peribadi si pengasas?


3) Adakah penyaluran dana kepada individu Yahudi atau khas ditujukan kepada proses penjajahan tanah Palestin?

Begini, jika ternyata dari sumber yang sohih, jelas lagi pasti, sesuatu transaksi jual beli kita memberikan keuntungan kepada organisasi Yahudi yang mana digunakan hasil pendapatannya digunakan untuk proses penjajahan haram, keganasan dan serangan ke atas umat Islam, tatkala itu barulah hukum HARUS berubah menjadi HARAM menurut sepakat ulama.

Dalam konteks facebook, ia masih kekal tidak jelas kerana hampir semua penulisan yang membantah facebook, tidak menyertakan bukti jelas berkenaan hal ini. Semuanya membuat andaian itu dan ini, sedangkan andaian semata-mata tidak boleh mengubah hukum asal keharusan kepada haram. Ia sekadar boleh mengajak kita untuk berhati-hati dan peka sahaja.

Malah majoriti pengguna facebook tidak melakukan sebarang transaksi kewangan dengan syarikat tersebut. Kecuali yang menyertai skim-skim yang ditawarkan (ini memerlukan perbincangan berasingan)

Jika ada pula yang mengarahkan saya membuat kajian dan mencari bukti-bukti itu sebelum memberi pandangan berkenaan status hukum. Justeru boleh saya katakan, kajian telah dibuat dan kami gagal MENDAPATI sebarang bukti untuk menyokong andaian-andaian pihak yang membuat andaian.

Jika dikatakan

"bukti bertulis tentulah dirahsiakan oleh pihak syarikat facebook dan mereka memberikan sumbangan secara senyap-senyap"

Maka jika demikian, Islam tidak memberatkan kita untuk membuat andaian dalam hal seumpama ini. Jika andaian sedemikian masih ingin digunakan, kelak mengakibatkan kesukaran berat (mashaqqah) buat seluruh umat Islam pada banyak perkara dan aktviti lain, kerana larangan dan andaian juga akan terpakai buat semua penjual bukan Islam beragama Hindu, Kristian, Buddha dan lainnya. Penjual-penjual tersebut juga boleh diandaikan menyumbang kepada gerakan melawan Islam secara senyap. Akhirnya, kita terperangkap dengan kekerasan fatwa kita sendiri, hingga bermusuh dengan semua tanpa bukti yang jelas.

Oleh kerana itu, selagi tidak disertakan dan tidak mampu dihadirkan bukti bertulis, selagi itulah hukum adalah HARUS untuk berjual beli dengan penjual atau syarikat milik Yahudi. Jika berjual beli pun dibenarkan, apatah lagi sekadar membuka akaun facebook.

Cuma mungkin keharusan berurusan dengan barangan Yahudi, boleh menjadi makruh atau syuhbat diketika wujudnya peperangan dan serangan ke atas umat Islam. Ini memerlukan penelitian ‘case by case'.

Pun begitu, pengguna facebook sukar untuk dibebankan dengan masalah ini keran amereka TIDAK BERJUAL BELI denga facebook, mereka hanya menggunakannya secara percuma. Jika dikatakan, penggunanya menyebabkan trafik facebook menjadi tinggi dan iklan mencurah masuk lalu memberi keuntungan kepada pemilik facebook. Ia juga sukar kerana kesesakan trafik bukanlah bersifat ‘direct' membantu facebook, tambahan pula sebagaimana di katakan tadi, tidak jelasnya sumbangan kepada keganasan Yahudi.


4) Privacy pengguna facebook dijajah?

Ini mungkin ada benarnya, setelah saya menghabiskan bacaan privacy policy yang terkandung di dalam web facebook, ia memberikan gambaran bahawa gambar, info dan segala yang terkandung di dalam facebook kita boleh tetap wujud di facebook orang lain yang dikongsi, dan saya yakin pihak facebook juga mempunyai simpanan data terbabit.


Policy menyebutkan :

"Even after you remove information from your profile or delete your account, copies of that information may remain viewable elsewhere to the extent it has been shared with others, it was otherwise distributed pursuant to your
privacy settings, or it was copied or stored by other users."

Terma ini adakalanya boleh membawa sedikit mudarat jika tidak ditangani dengan bijak oleh pengguna. Namun demikian, terma ini sahaja tidak mampu menjadi keseluruhan facebook sebagai haram.

Selain itu, juga disebutkan :

To respond to legal requests and prevent harm. We may disclose information pursuant to subpoenas, court orders, or other requests (including criminal and civil matters) if we have a good faith belief that the response is required by law. This may include respecting requests from jurisdictions outside of the United States where we have a good faith belief that the response is required by law under the local laws in that jurisdiction, apply to users from that jurisdiction, and are consistent with generally accepted international standards. We may also share information when we have a good faith belief it is necessary to prevent fraud or other illegal activity, to prevent imminent bodily harm, or to protect ourselves and you from people violating our
Statement of Rights and Responsibilities. This may include sharing information with other companies, lawyers, courts or other government entities."

Berdasarkan kepada terma di atas. Sebenarnya pihak facebook mempunyai hak untuk mendedahkan informasi kita kepada mana-mana berdasarkan alasan yang disebut di atas. Tiada takrif jelas bagi yang disebut di atas, semua masih tetap terpulang kepada keputusan pihak facebook. Maka menyerahkan info dan gambar kita kepada syarikat tertentu, CIA, FBI atau apa jua badan kerajaan adalah hak facebook jua.

Walaupun begitu, ia sekali lagi tidak cukup kuat untuk sampai menjadikan pengunaan facebook sebagai haram, apa yang perlu adalah kawalan dan had limit.

KESIMPULAN

Saya tidak berhasrat untuk menyenaraikan satu persatu baik dan buruk penggunaan Facebook, cuma apa yang ingin saya nyatakan sebagai kesimpulan adalah seperti berikut :-

· Hukum membuka akaun dan menggunakan facebook adalah HARUS selagi tidak terbukti ia menggunakan pengaruh dan keuntungannya untuk menyerang Islam atas nama facebook samada melalui dana kepada Yahudi, Amerika dan lainnya.

Bagi mereka yang masih tidak selesa dengan latarbelakang pengasas dan syarikat facebook, mereka dinasihatkan untuk TIDAK MEMBUKA DAN MENYERTAI FACEBOOK. Mereka boleh terus memberi nasihat kepada pengguna facebook agar sentiasa berhati-hati, namun tidak boleh dengan sewenangnya menuduh pengguna facebook melakukan perkara haram secara umum.

Bagi mereka yang ingin mengambil sikap lebih berhati-hati mereka disarankan untuk :-

a- Memanupulasi akaun facebook untuk manfaat Islam melebihi kepentingan peribadi. Justeru, ruang yang ada wajar digunakan untuk mempromosi kefahaman Islam melalui tulisan, video, audio dan sebagainya.

b- Limitasikan dan kurangkan perbincangan soal remeh temeh peribadi yang membuang masa diri dan orang lain.

c- Tidak sehingga berkongsi terlalu banyak gambar peribadi ( khsusunya bagi wanita) sejak zaman kanak-kanak tanpa had limitasi, tanpa kawalan ia bakal membawa mudarat berbanding manfaat. Di samping ia akan kekal di facebook orang yang dikongsi dan juga syarikat facebook.

d- Tidak memasukkan perincian peribadi yang sensitif khususnya seperti akaun bank, taraf kesihatan dan sebagainya. Cukuplah sekadar menyertakan nama, tarikh lahir dan pendidikan.

e- Tidak terlibat dengan permainan-permainan dan aplikasi yang dijangka bercanggah dengan Islam seperti kuiz ramalan nasib. Sama ada atas dasar ‘main-main' atau tidak.

f- Tidak mempercayai aplikasi tilik moden seperti rahsia tarikh kelahiran dan sepertinya yang terkandung dalam aplikasi percuma facebook. Sama ada atas dasar ‘main-main' atau tidak.

g- Menyedari bahawa maklumat kita di facebook boleh menjadi database pihak asing untuk memantau kehidupan dan informasi peribadi kita jika tidak dikawal. Database sebegini sebenarnya amat bernilai dan sukar ada satu organisasi di dunia ini yang mampu menyimpan maklumat manusia sebagaimana facebook. Hatta parti politik masing-masing pun tidak mempunyai maklumat ahlinya yang sebegitu update sebagaimana facebook. Justeru, maklumat sebegini amat banyak gunanya untuk sebarang tujuan kejahatan dan ketamakan.

Jika itu semua dapat dijaga dan disedari, saya kira mengguna dan membuka akaun facebook adalah kekal dalam hukum HARUS atau DIBENARKAN, malah jika ia lebih banyak digunakan untuk kemaslahatan Islam, ia DIGALAKKAN. Malah jikalau terdapat unsur syubhat sekalipun, ia telah diatasi oleh manfaat yang disebarkan melalui facebook itu.

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqah yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-Nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi, yang diperintahkan berbunyi,
"Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat:

1. Apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah,
2. Engkau sembunyikan,
3. Engkau terimalah,
4. Jangan engkau putuskan harapan,
5. Larilah engkau daripadanya."

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi kebingungan sambil berkata,
"Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan." Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut.

Maka berkatalah Nabi itu,
"Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu, mangkuk emas itu keluar semula daripada tempat ia ditanam. Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."

Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata,
"Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku daripada rezekiku."

Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan daripada dalam bajunya.

Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidungnya.
Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya.

Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "
Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini."

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahawa:

1. Engkau makan itu ialah marah.
Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.

2. Semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua.

3. Jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.

4. Jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat.

5. Bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang).
Maka larilah darpadai orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.

Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari.
Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain.

Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya,
"Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu." Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu."

Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri.
Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.